Kamis, 13 Desember 2018

NRIMO ING PANDUM


Suatu hari saya berjalan2 di salah satu sudut kota Jogjakarta, menelusuri sepanjang trotoar, langkahku terhenti pada sebuah becak terparkir didepanku, duduk didalamnya adalah sang empunya, aku perhatikan beliau sedang asik membuka tas kresek berwarna putih, beberapa lembar uang kertas ternyata isinya, tangan renta itu mulai menghitung lembar demi lembar rupiah yang didapat hari ini.

Perlahan saya berjalan kedepan becak itu, sekedar ingin menyapa, “Sugeng sonten pak” (Selamat Sore Pak) sapaku, “ Sore nak”. Wajah renta itu tersenyum renyah seolah tanpa beban. “Angsal katah nggih pak?” (Dapat uang banyak ya Pak). “Disyukuri nak.... urip iku kudu sabar, sareh, sumeh, lan semeleh”. (sareh itu tenang dan sumeh itu artinya tersenyum dan semeleh itu artinya Pasrah”) artinya dalam menghadapi segala sesuatu kita harus tetap sabar, tenang tetap tersenyum dan pasrah serta Percaya kepada penyelenggaraan Ilahi dalam hidup kita.

Saya jadi teringat salah satu filosofi jawa “NRIMO ING PANDUM” (MENERIMA APA YANG DIBERI) ya, dalam hal ini bukan berarti menyerah atau bermalas tidak ingin bekerja keras, konsep dasarnya adalah Tawakal, berasal dari kata tawakkul artinya mewakilkan atau menyerahkan, berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Tawakal dan Nrimo ing Pandum menjalankan fungsinya. Kedua konsep ini sebagai pengekang agar manusia tidak terlalu tinggi dalam berharap sehingga ketika kenyataan ternyata tidak sesuai, rasa susah tidak akan menyerang individu tersebut. Konsep ini membantu kita menerima kenyataan yang ada. Tawakal membuat kita berserah kepada Allah SWT atas segala yang telah ditetapkanNya.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).

Akeh durung mesti cukup sitik durung mesti kurang, ojo mburu seneng nanging buru ayem nrimo ing pandum tansah eling lan syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar